ADAB BERPUASA

Sabtu, 27 Juni 2015




Tujuan dari puasa tidak hanya sekadar menunaikan kewajiban, namun juga bagaimana memperbagus jiwa, karakter, akhlak, dan segala tingkah-laku kita. Dengan ini derajat hamba Allah yang bertakwa akan kita raih.
Saat melaksanakan puasa kita perlu "menjiwai", artinya sepenuh jiwa dan raga berpuasanya. Lidah dan mulut bisa menahan dari nafsu makan dan minum, sekaligus menahan dari kata-kata yang buruk, berbohong dan tradisi jelek seperti gosip. Oleh karena itu dalam tataran ini diperlukan pengetahuan tentang adab, etika dan akhlak berpuasa yang tujuannya meningkatkan derajat puasa kita dari tingkat "puasa umum"(awam) ke "puasa elit" (khas).
Di antara adab-adab puasa itu ada yang wajib (harus dilakukan) dan ada yang sunnah, berikut perinciannya:

Pertama, orang yang berpuasa memiliki kewajiban menghindari berbicara yang jorok, kotor dan porno, karena Rasullullaah Saw bersabda:
إِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ، فَلَا يَرْفُثْ (رواه البخارى)
Pada hari kamu berpuasa, maka janganlah berbicara jorok…” (HR. Al-Bukhari)
Dan makna "rafats" adalah jatuh di dalam perbuatan maksiat.
Nabi Saw juga bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ بِأَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَلَا شَرَابَهُ (رواه البخارى)
Barang siapa tidak meninggalkan ucapan dusta dan (tetap) melakukannya, maka Allah tidak memiliki hajat bahwa orang itu meninggalkan makanan dan minuman-nya (berpuasa) (HR. Al-Bukhari) 
Dan hendaklah orang yang berpuasa meninggalkan semua perbuatan haram, seperti menggunjing, perkataan jorok dan dusta, karena perbuatan-perbuatan haram tersebut dapat menghapus seluruh pahala puasanya.
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ (رواه إبن ماجة)
Betapa banyak orang yang berpuasa yang tidak mendapatkan apapun dari puasanya kecuali rasa lapar belaka. (H.R. Ibnu Majah)
Kedua, jangan menghabiskan waktu untuk segala hal yang tidak berguna atau malah membayakan. Seperti menonton acara dan tayangan televisi (TV) yang tidak berguna sama sekali, atau malah mendatangkan dosa, seperti program kuis, acara gosip selebritis, sinetron, atau dengan nongkrong-nongkrong yang tidak berguna, mondar-mandir di jalan dengan menyia-nyiakan waktu, main motor dengan kebut-kebutan dan knalpot bising yang membahayakan diri sendiri dan orang lain dengan dalih: menunggu waktu buka. Harusnya waktu puasa diisi dengan pelbagai ibadah dan amalan yang baik.

Ketiga, hendaknya tidak berbuat atau terlibat dalam kegaduhan, perselisihan, pertengkaran, sesuai sabda Rasululullah Saw:
وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ، فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ، إِنِّي صَائِمٌ (رواه البخارى)
Dan jika seseorang menyerangnya atau memakinya, maka hendaklah ia (orang yang sedang berpuasa) mengatakan, ‘Aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa’. (HR. Al-Bukhari)
Maka, ungkapan: "aku sedang berpuasa" sebagai teguran bagi dirinya sendiri dan sekaligus teguran bagai lawannya yang mencoba-coba menarik dalam perselisihan.
Orang yang memperhatikan adab dan moralitas dalam puasa akan terhindari dari kejelekan-kelekan sekecil apapun. Kita dididik mengendalikan nafsu dan selalu menjaga ketenangan.
Menjaga ketenangan dan tidak terlibat dalam kegaduhan dan perselisihan ini kita wujudkan dari lingkungan kita, mulai dari rumah, kantor dan tetangga. Dan yang penting juga di jalan raya, karena saat akan berbuka puasa, banyak yang tidak sabar, seperti terkena macet di jalan sementara sedang terburu-buru menuju tempat buka. Tak jarang terlibat perselisihan hingga pertengkaran di jalan. Maka dalam kondisi puasa, kita wajib menahan diri khususnya menahan nafsu amarah dan egois, kita perlu melatih kesabaran dan kelembutan.
Semoga puasa kali ini kita mampu meperbaiki adab dan tingkah laku kita, sehingga puasa kita pun makin bermakna. Amin. Wallahu A'lam.

Tidak ada komentar:

 

Streaming RADIO: Ngaji Yukk..!

POPULAR POST